Lagu Viva La Vida Anti-Islam? Sebenarnya Tentang Revolusi Prancis dan Penyesalan Raja Louis XVI

Gambar Gravatar
Screenshot 20230611 184225 Gallery
Cover album Viva La Vida Coldplay.

FARMANDEH.NET, MAKASSAR— Bagi yang ingin menonton konser Coldplay, harus hapal dulu lagu hit yang satu ini: Viva La Vida. Karena lagu ini nantinya bakal membuat penonton bersorak sorai dengan bersemangat.

Patinya akan membuat konser nantinya  lebih hidup. Bagi umat Islam tak perlu ragu untuk ikut bernyanyi Viva La Vida di konser Coldplay nanti.

Lagu ini tidak bermakna anti-Islam, sebagaimana yang dituduhkan banyak orang. Lantas, apa sih makna sebenarnya lagu Viva la Vida? Berikut kami ulas makna di balik single pertama Coldplay yang mencapai nomor satu di Amerika Serikat dan Inggris ini.

Bacaan Lainnya

Makna di Balik Lagu Viva La Vida

Dilansir dari musicgrotto.com, Viva La Vida adalah frasa dalam bahasa Spanyol yang secara kasar diterjemahkan menjadi “panjang umur” atau “hiduplah”.

Frasa ini sudah umum digunakan untuk memberi penghormatan kepada keluarga kerajaan dan juga dapat diterjemahkan secara bebas menjadi “panjang umur raja/ratu”.

Lirik lagu ini mencerminkan pidato terakhir dan pemikiran Raja Louis XVI pada tanggal eksekusinya di saat-saat terakhir Revolusi Prancis.

Pidato tersebut hilang dari sejarah, karena sebagian besar tenggelam oleh sorakan para penonton dan ketukan drum algojo. Dia juga dipenggal sebelum menyelesaikannya, jadi kita tidak tahu isi pidato yang sebenarnya.

Dalam lagu ini, Louis merefleksikan masa-masa ketika ia menjadi penguasa dan menerima nasibnya, berharap untuk meminta maaf atas kesalahannya dan mengharapkan yang terbaik untuk negaranya di masa depan.

Louis berada di puncak dunia dan merasa memiliki kekuasaan tertinggi. Namun kini ia hanya bisa tidur sendirian di sel penjara dan menunggu hukuman.

Louis XVI disambut oleh rakyat ketika takhta diwariskan kepadanya oleh kakeknya, tetapi mereka akhirnya kecewa dengan apa yang akan terjadi ketika ia tumbuh menjadi raja.

Ini juga menggambarkan kesuksesan awal pemerintahannya, penuh dengan reformasi dan janji-janji masa depan yang lebih baik. Seiring berjalannya waktu, dia tidak mampu atau tidak mau memenuhi janji-janji itu, dan orang-orang berbalik menentangnya.

Pada titik inilah, Louis XVI menyadari bahwa tak ada lagi yang bisa ia lakukan. Revolusi telah selesai kecuali kematiannya dan dia sekarang sama sekali tidak berdaya untuk mengubah keputusan masa lalunya.

Pada akhirnya, lagu ini menggambarkan Louis XVI, bukan sebagai raja yang penuh dendam, tetapi justru memanusiakannya.

Lagu ini merupakan refleksi dari sang raja tentang kerajaannya yang hilang dan penyesalannya karena ia tidak mampu memerintah.

Alih-alih memohon untuk hidupnya dan meminta belas kasihan, dia memahami bahwa dia telah mengecewakan rakyatnya dan menerima takdirnya.

Penggambaran ini mengubah Louis XVI menjadi sosok yang layak mendapat simpati dan orang yang terlambat menyadari bahwa ia kehilangan nilai-nilai yang ia pegang di awal masa pemerintahannya dan bahwa kekuasaan adalah sebuah beban.

Dia menjanjikan dunia kepada rakyatnya tetapi tidak menghadapi masalah dalam pemerintahannya, malah meringkuk di istananya yang dulunya terlihat begitu kuat tetapi pada akhirnya tidak memberikan perlindungan.

Dalam reka ulang sejarah, Louis XVI umumnya digambarkan sebagai seorang tiran dan penindas yang tidak pernah bertobat dan tidak pernah bertobat terhadap rakyatnya.

Coldplay mengambil pendekatan yang berbeda dalam Viva La Vida, dan ini merupakan pandangan alternatif yang sangat menarik tentang sejarah.

Alih-alih para revolusioner menjadi pahlawan, mereka justru menjadi antagonis meskipun tindakan mereka benar.

Lagu ini menempatkan pendengarnya di antara dua sisi, tanpa ada yang benar-benar menjadi orang baik, meskipun sang raja pada akhirnya tahu bahwa dia bersalah.

Originally posted 2023-06-11 10:41:57.

Gambar Gravatar

Penulis partikelir. Menulis apa saja yang terkait politik dan budaya pop.

Pos terkait