FARMANDEH.NET, MAKASSAR – Di dunia saat ini, sumber daya alam memainkan peran penting dalam berbagai industri dan teknologi. Salah satu sumber daya berharga tersebut adalah mineral rare earth.
Mineral ini sangat penting untuk produksi berbagai perangkat teknologi tinggi dan solusi energi bersih.
Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi topik mineral rare earth, dengan fokus pada persaingan antara dua negara besar, Amerika Serikat dan China, serta keberadaan deposit rare earth di sepuluh negara.
Mari kita jelajahi dunia menarik dari harta karun super langka ini!
Apa Itu Mineral Rare Earth?
Mineral rare earth adalah kelompok mineral yang terdiri dari 17 unsur kimia, termasuk lantanida dan skandium. Meskipun disebut “rare” (langka), sebenarnya mineral ini cukup melimpah di kerak bumi.
Namun, mereka sulit ditemukan dalam konsentrasi yang cukup tinggi untuk diekstraksi secara ekonomis. Mineral rare earth memiliki sifat-sifat khusus yang membuatnya sangat berharga dalam industri teknologi.
Mereka digunakan dalam pembuatan magnet permanen, baterai, lampu LED, layar smartphone, dan berbagai perangkat elektronik canggih lainnya.
1. Amerika Serikat: Pesaing Utama China dalam Penambangan Rare Earth
Amerika Serikat dan China adalah dua negara yang bersaing ketat dalam industri penambangan mineral rare earth.
Pada tahun-tahun terakhir, China telah mendominasi pasokan global rare earth, menguasai sekitar 80% produksi dunia.
Namun, Amerika Serikat menyadari pentingnya kemandirian dalam pasokan mineral ini dan berusaha untuk mengurangi ketergantungan pada impor dari China.
Saat ini, Amerika Serikat sedang berupaya untuk membangun kembali industri penambangan rare earth di dalam negeri.
2. Cina: Raja Produksi Rare Earth Dunia
Cina memegang peran penting dalam pasokan global mineral rare earth. Negara ini memiliki cadangan yang sangat besar dan fasilitas pengolahan yang kuat.
Cina telah mengembangkan industri rare earth menjadi salah satu sektor ekonomi yang signifikan. Namun, dominasi Cina dalam pasokan rare earth juga telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan negara-negara lain yang bergantung pada impor. Persaingan antara Amerika Serikat dan Cina dalam industri rare earth terus berlanjut.
3. Australia: Cadangan Besar dan Potensi Ekspor yang Kuat
Australia adalah salah satu negara yang memiliki cadangan besar mineral rare earth. Negara ini diperkirakan memiliki salah satu cadangan terbesar di dunia di tambang Mount Weld di Australia Barat.
Selain itu, Australia juga memiliki potensi untuk menjadi eksportir utama mineral rare earth. Dengan mengembangkan industri penambangan dan pengolahan yang lebih lanjut, Australia dapat memanfaatkan peluang ekonomi yang signifikan dari rare earth.
4. Brasil: Potensi Cadangan Besar di Pegunungan Pitinga
Brasil juga memiliki potensi cadangan besar mineral rare earth di wilayah pegunungan Pitinga. Cadangan mineral ini terutama terdiri dari mineral monasit, yang mengandung lantanida dan thorium.
Potensi cadangan besar Brasil menunjukkan bahwa negara ini dapat berperan penting dalam pasokan global mineral rare earth di masa depan.
5. Rusia: Potensi Cadangan di Pegunungan Lovozero
Rusia juga memiliki potensi cadangan mineral rare earth yang signifikan di wilayah pegunungan Lovozero. Cadangan ini terdiri dari berbagai mineral rare earth, termasuk loparit dan monasit.
Meskipun potensi cadangan Rusia belum sepenuhnya dimanfaatkan, negara ini memiliki kesempatan untuk meningkatkan produksi mineral rare earth dan menjadi pemain penting dalam pasokan global.
6. Madagaskar
Negara kepulauan Madagaskar tercatat memproduksi 960 metrik ton logam tanah jarang pada tahun 2022. Meskipun jumlah tersebut masih cukup besar, namun terjadi penurunan yang signifikan dibandingkan dengan produksi sebelumnya.
Pada tahun 2021, Madagaskar melaporkan produksi sebesar 3.200 metrik ton. Artinya, terjadi penurunan drastis sebesar lebih dari 70%. Perubahan ini menunjukkan adanya perubahan yang berdampak pada industri pertambangan Madagaskar.
Penurunan produksi rare earth di Madagaskar memiliki implikasi yang cukup signifikan terhadap rantai pasokan global. Rare earth digunakan dalam pembuatan berbagai komponen penting dalam industri teknologi.
Ketika pasokan menurun, dapat terjadi ketergantungan pada impor dari negara lain yang masih memproduksi dalam jumlah besar. Hal ini dapat mempengaruhi stabilitas pasokan dan harga rare earth di pasar global.
Dalam konteks Madagaskar, perubahan dalam produksi rare earth dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satunya adalah kondisi lingkungan dan perubahan regulasi yang mempengaruhi kegiatan pertambangan. Selain itu, fluktuasi harga dan permintaan pasar juga dapat mempengaruhi keputusan produksi.
Perubahan dalam produksi rare earth di Madagaskar menekankan pentingnya diversifikasi sumber pasokan dan pengembangan industri penambangan dalam negeri. Negara ini perlu memperhatikan potensi sumber daya alam yang dimilikinya dan memastikan keberlanjutan produksi rare earth yang lebih stabil.
Dalam kesimpulannya, penurunan produksi rare earth di Madagaskar menunjukkan perubahan signifikan dalam industri pertambangan. Hal ini mempengaruhi rantai pasokan global dan menekankan perlunya diversifikasi sumber pasokan serta pengembangan industri penambangan dalam negeri.
Madagaskar perlu mengambil langkah-langkah strategis untuk memastikan keberlanjutan produksi rare earth yang lebih stabil dan berkelanjutan.
7. India
India Menghasilkan 2.900 Metrik Ton Logam Tanah Jarang pada 2022: Kontribusi Signifikan India dalam Produksi Unsur Langka
India menonjol sebagai salah satu produsen terkemuka logam tanah jarang dengan total produksi sebanyak 2.900 metrik ton pada tahun 2022. Negara ini telah berhasil mengidentifikasi cadangan yang cukup besar dari logam ini melalui upaya yang dilakukannya. Diperkirakan bahwa India saat ini memiliki persediaan sebanyak 6,9 juta metrik ton logam tanah jarang yang belum sepenuhnya dimanfaatkan. Dengan cadangan yang melimpah ini, India memainkan peran sentral dalam memenuhi permintaan global akan logam tanah jarang yang semakin meningkat.
Logam tanah jarang merupakan kelompok logam langka yang memiliki karakteristik unik. Keberadaannya sangat penting dalam berbagai sektor industri, termasuk teknologi canggih, elektronik, kendaraan listrik, energi terbarukan, dan pertahanan. Dengan begitu, India diproyeksikan menjadi pemain utama dalam mempengaruhi rantai pasokan global logam tanah jarang ini yang menjadi sumber daya vital bagi banyak industri.
Dengan produksi yang signifikan dan cadangan yang melimpah, India memiliki potensi besar untuk mengendalikan persediaan global logam tanah jarang. Hal ini akan memberikan pengaruh yang kuat terhadap stabilitas dan keberlanjutan industri yang membutuhkan unsur ini. Di masa depan, kontribusi India dalam memenuhi permintaan dunia akan semakin penting dan menentukan.
8. Vietnam
Produksi Logam Tanah Jarang Vietnam pada Tahun 2022: 4.300 Ton Metrik
Pada tahun 2022, Vietnam menunjukkan keahlian dan komitmennya dalam ekstraksi logam tanah jarang dengan menghasilkan sebanyak 4.300 ton metrik, mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan hanya 400 ton metrik pada tahun 2021.
Prestasi ini menggambarkan peningkatan yang terus-menerus dari Vietnam dalam bidang penambangan logam tanah jarang. Selain itu, negara ini memiliki potensi yang besar dengan perkiraan cadangan mencapai 22 juta ton metrik.
Peningkatan yang luar biasa dalam produksi logam tanah jarang Vietnam menunjukkan dedikasi yang tak tergoyahkan dan keahlian yang semakin berkembang di sektor ini.
Peningkatan yang signifikan dari tahun 2021 ke 2022 menekankan komitmen negara ini untuk memenuhi permintaan global akan sumber daya berharga ini.
Dengan jumlah produksi yang mencapai 4.300 ton metrik, Vietnam telah mengukuhkan posisinya sebagai pemain kunci dalam industri logam tanah jarang.
9. Thailand
Produksi Tambang Logam Tanah Jarang Thailand pada 2022: 7.100 Ton Metrik
Ketika melihat produksi logam tanah jarang atau Rare Earth, Thailand menjadi salah satu dari lima negara terbesar. Pada tahun 2022, volume produksi logam tanah jarang Thailand dilaporkan mencapai 7.100 ton metrik.
Meskipun terjadi penurunan sedikit, pada tahun 2021 produksinya mencapai 8.200 ton metrik, meningkat lebih dari dua kali lipat dari produksi pada tahun 2020 yang mencapai 3.600 ton metrik.
Meski demikian, setelah peningkatan yang signifikan tersebut, produksi mengalami sedikit penurunan menjadi 7.100 ton metrik pada tahun 2022.
10. Burma
Produksi Tambang Rare Earth di Burma pada 2022: 12.000 Ton Metrik
Pada tahun 2022, produksi tambang logam tanah jarang di Myanmar mencapai 12.000 ton metrik. Mayoritas volume produksi negara ini terdiri dari dysprosium dan terbium, dengan output skandium dan itrium yang relatif kecil.
Prestasi produksi Burma menunjukkan potensi untuk menyediakan berbagai sumber pasokan, mengurangi risiko terkait dengan ketergantungan pada sumber daya yang penting ini. Selain itu, Burma juga merupakan salah satu eksportir logam tanah jarang terbesar di dunia.
Pada tahun 2021, ekspor REE mencapai USD 803 juta, meskipun dihadapkan dengan lanskap sosial-politik yang kompleks dan infrastruktur pertambangan yang terus berkembang di negara ini.
Originally posted 2023-06-25 12:08:49.